Rabu, 23 November 2016

Sejarah Singkat Sumpur Kudus [Muhamad al ivol]

Assalamualaikum wr.wb
Pada kali ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat tentang kampung didalam rimba.

Ada sebuah kampung yang letaknya sangat jauh dari pusat kota, jika pergi ke kampung tersebut,yang terlihat hanyalah bukit-bukit yang mengelilinginya. Ya, kampung kecil yang memang dikelilingi oleh bukit, tidak heran kemanapun kita memandang yang terlihat hanyalah bukit, bukit dan bukit. Tapi orang yang tinggal dikampung itu pasti sangat beruntung bisa tinggal di kampung yang setiap hari disuguhi oleh pemandangan alam yang begitu memukau, walaupun dikelilingi oleh banyak bukit, tapi disitu jugalah kita bisa menemukan keindahan-keindahan alam,yang bisa dinikmati setiap harinya. Sumpur Kudus, itulah nama kampung yang terkenal dengan sebutan "Makkah Darek"(Mekkah Daratan)daerah paling timur privinsi Sumatera Barat,daerah yang terpencil,terletak antara perbatasan Provinsi Sumatera Barat dengan Provinsi Riau yang terletak di Kabupaten Sijunjung Kecamatan Sumpur Kudus. Nagari Sumpur Kudus terlentang disepanjang sungai,yang bernama sungai Batang Sumpur,yang mengalir dari nagari Unggan,sampai ke Sisawah,yang mengaliri 5 nagari di Sumpur Kudus.

 Jika kita pergi ke Sumpur kudus pertama kita akan disuguhi oleh pemandangan yang begitu indah dari atas "bukik Lontiak",dari sana kita akan melihat deretan bukit barisan atau masyarakat Sumpur Kudus menyebutnya dengan Gunuang Saibu. Mungkin karena deretan bukit itu terlalu banyak, sehingga sulit untuk menghitungnya makanya mereka menyebutnya dengan "Gunuang Saibu" atau Gunung Seribu.

Asal usul nama Sumpur Kudus berasal dari kata Sumpur yang artinya "Sempurna" dan Kudus yang brarti "Suci". jadi Sumpur Kudus dapat diartikan sebagai daerah yang Sempurna dan Suci. Asal muasal penamaan Nagari Sumpur Kudus ditandai dengan adanya "Batu Basurek" atau Prasasti di Muaro Batang Karangan yang ditulis dalam bahasa Kawi Jawa oleh Syekh Ibrahim yang berisi sumpah masyarakat Sumpur Kudus tidak akan pernah pindah agama(murtad) Bila mereka melanggar, kutukan bakal menimpa Nagari Sumpur Kudus. Dengan adanya sumpah itulah Sumpur Kudus dijuluki sebagai "Makkah Darek". Syekh Ibrahim atau yang dikenal dengan sebutan "Niniak Tanah Bato" adalah orang yang pertama kali menyebarkan agama Islam di Sumpur Kudus, sekitar abad ke-16 M. Ajaran agama Islam disiarkan secara perlahan oleh Syekh, tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam,disitulah timbul keyakinan masyarakat Sumpur Kudus untuk memeluk agama Islam, masyarakat Sumpur Kudus pun di Islamkan oleh Syekh Ibrahim di sebuah "Payo" (telaga) yang sampai sekarang dikenal dengan sebutan "Payo Syahadat",masyarakat Sumpur Kudus direndam beberapa hari didalam Payo tersebut untuk di sunatkan terlebih dalulu, adapun tujuan dari perendaman tersebut adalah untuk menghilangkan rasa sakit ketika sedang disunat. Sekarang nama payo syahadat dipakai untuk nama sebuah jorong yaitu jorong payo syahadat,yang wilayahnya terletak disekitar payo tersebut. Nagari Sumpur Kudus merupakan wilayah paling awal menerima Islam, dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Sumatera Barat. Ada yang menyatakan abad ke-16, ada juga yang menegaskan awal abad 17.

Pada suatu hari masyarakat mengadakan acara makan bersama,pada acara tersebut aneka ragam masakan telah terhidang, masakannya seperti daging babi, daging ular, monyet, anjing, ikan, belalang dan lain sebagainya,masyarakat pun menyuruh Syekh Ibrahim untuk mencoba aneka masakan tersebut, dari sekian banyak hidangan Syekh Ibrahim hanya mngambil 2 macam masakan saja, yaitu sambal belalang dan ikan. Seluruh masyarakatpun terheran-heran, salah satu masyarakat bertanya, "wahai Syekh mengapa engkau hanya mengambil 2 macam masakan saja? sedangkan masih banyak hidangan yang lain yang lebih enak, ataukah masakan kami tidak enak?" Syekh Ibrahim pun menjawabnya sambil tersenyum,"Didalam ajaran agama islam makanan itu terbagi kedalam makanan halal dan makanan haram, makanan yang halal maksudnya adalah segala sesuatu yang makanan yang diperbolehkan oleh syariat islam, sedangkan makanan haram adalah makanan yang sesuatu yang dilarang oleh syariat islam untuk dikonsumsi, dan apabila tetap dikonsumsi maka akan mendapat dosa. maka dari itu saya hanya mengambil belalang dan ikan, karena jika belalang dan ikan tersebut sudah mati, akan tetap halal untuk dimakan, sedangkan jikalau ular, babi,monyet, anjing jika sudah mati akan menjadi bangkai, dan haram untuk dimakan . Sejak saat itulah ,masyarakat Sumpur Kudus tidak lagi mengkonsumsi makanan yang diharamkan tersebut. Untuk mengenang jasa dari Syekh Ibrahim tersebut,hingga sekarang setiap selesai panen masyarakat Sumpurkudus mengadakan acara makan bersama(berkaul) di sekitar makam Syekh Ibrahim, yang terletak di Tanah Bato.

 Peninggalan sejarah tentang Syekh Ibrahim yang bisa kita temui sekarang adalah:

 1.Tongkat Catra Kitri
menurut cerita Catra Kitri adalah sepasang tongkat yang sangat sakti yang terdiri dari jantan dan betina, tongkat ini satu berada di Sumpur Kudus dan satu lagi katanya berada di India. Tongkat ini dibuat di Kudus Jawa Tengah.

2.Payo Syahadat
Yang merupakan tempat mengislamkan masyarakat Sumpur Kudus

3.Batu Basurek(Batu Sumpah)
 Dulunya terletak di Muaro Batang Karangan, tapi sampai sekarang batu itu tidak diketahui posisinya

4.Makam Syekh Ibrahim itu sndiri
Makamnya terletak di Tanah Bato, tempat masyarakat biasa berkaul

5.Batu Balai(Batu Bersusun) 
Batu ini dgunakan sebagai tempat musyawarah oleh Syekh Ibrahim, sebelum adanya balai adat.

 Selanjutnya kita akan membahas tentang sejarah Rajo Ibadat. Raja Ibadat merupakan salah satu bagian dari Rajo Tigo Selo, sedangkan Rajo Tigo Selo adalah sebuah institusi tertinggi yang berada di kerajaan Pagaruyuang pada masa itu,atau disebut juga dengan Limbago Rajo.Tiga Raja dari Pagaruyuang tersebut adalah Raja Alam, Raja Adat dan Raja Ibadat. Raja Alam merupakan tonggak dari pemerintahan kerajaan Minang Kabau yang berpusat di Istana Pagaruyuang sedangkan Rajo Adat bertugas mengurus masalah adat ditugaskan di Lintau Buo dan Raja Ibadat bertugas untuk mengurus masalah ibadah(agama) dia ditugaskan di Sumpur Kudus. Raja Ibadat adalah sosok pemegang hukum agama, orang yang dituakan, dan tempat para penghulu dan tuan kadi bertanya atau mendamaikan sengketa dan menyelesaikan konflik dalam masyarakat.

 Peninggalan Raja Ibadat di Sumpur Kudus yang masih bisa kita jumpai hingga saat ini yaitu:
1.Makam Raja Ibadat
 Pada batu nisan makam Raja Ibadat ditulis"Sulthan Alif Kalifatullah Johan Berdaulat" wafat pada awal abad ke-19.

2.Masjid Raja Ibadat
 Masjid Raja Ibadat yang asli sudah tidak bisa kita temui lagi, karena masjid tersebut sudah tidak ada, dan sekarang diganti dengan masjid yang baru tapi dengan nama yang sama, yaitu Masjid Rajo Ibadat.

3.Batu Uji atau Batu Kasur

 4.Tombak Gumbalo
 Menurut cerita yang disampaikan turun-temurun di Sumpur Kudus, Tombak Gumbalo pernah dipergunakan oleh Hulubalang Raja untuk melawan raja jin Sikati Muno yang menghalangi perjalanan rombangan Raja ketika hendakke Pagaruyung, akhirnya pertarungan dimenangkan oleh Hulubalang. Kepala jin tersebut diambil oleh hulubalang dan diletakkan di salah-satu tiang Istana Pagaruyung, tapi sayang kepala jin itu ikut terbakar bersama Istana Basa Pagaruyung pada tahun 1821 M, ketika pasukan Paderi menyerang Pagaruyung. Sedangkan rambut dari kepala jin tersebut dililitkan ditangkai tombak Gumbalo dan sampai saat ini masih ada di rumah salah seorang keturunan pelayan raja di Sumpur Kudus.

 5.Keris Gajah Menong

6.Peti Raja dan Stempel Kerajaan.

 Itulah sisa-sisa dari peninggalan kerajaan Rajo Ibadat, penulis sangat berharap supaya peninggalan yang bersejarah itu hendaknya bisa dijaga dengan baik, dan jangan sampai pindah ke tangan orang yang salah. penulis juga berharap kepada seluruh lapisan masyarakat Sumpur Kudus marilah kita menjaga situs budaya yang ada diSumpur Kudus,jangan sampai peninggalan yang bersejarah kita sendiri yang merusaknya atau hilang dimakan zaman yang modern seperti sekarang.
 Mungkin itu yang bisa penulis sampaikan tentang sejarah singkat Sumpur Kudus, semoga bisa bermanfaat untuk kita semua,terimakasih. Wassalamualaikum.